January 24, 2013

Pudar

Maaf, kalau aku bukan yang biasa kamu cinta.
Yang anggun, sederhana, dan menawan hati. Tak slengean dan ceroboh setengah mati.

Maaf, bila sempat hati ini menyimpan rasa.
Tanpa kata, namun kadang dapat diartikan dengan gestur kaku dan binar mata.

Maaf, jika yang kini ada hanyalah sesal.
Menyusup, walau ia pun tak berhak untuk melarang. Sehingga yang tercipta malah kesal.

Mereka bilang rasa tidak terpengaruh waktu, juga pepatah siapa cepat dia dapat.
But in reality, you won't be that lucky.

Sedikit goresan ini.
Walau mungkin terasa begitu personal..
Aku masih menulis hampa.

January 10, 2013

Hai. Selamat malam.
Sebuah jawaban; satu kalimat saja, dari yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.
Tak lama, sebuah pesan pun muncul. Memang bukan apa yang ditunggu, tetapi rasanya... terlalu dahsyat. 
Ekstrim. 

Ya, itu pikirku. 

Lalu... aku hanya bisa diam, mencoba mengais rasa, dan menumpahkannya disini.. dengan sedikit asa yang tersisa. 
Apa kamu pernah mencoba bernafas di ruang hampa? Aku belum pernah, tapi mungkin begini rasanya. Megap-megap, mencari pegangan disana-sini, dengan panik membukit yang justru membuat keadaan semakin sulit. 
Lagi-lagi, itu pikirku. Nyatanya, aku masih disini. Duduk diam, memandang kosong, hampa---nyaris tanpa rasa, ditemani secangkir cemas dan risoles yang masih panas. Tanpa ada sedikitpun hak untuk merasa kesal dan merutuki keadaan karena merasa dikecewakan. Mungkin keadaan seperti ini memang tidak jauh lebih baik.

Banyak yang mempertanyakan, tak sedikit yang bernada sumbang:
Mengapa sampai sekarang masih sendiri?

Ini bukan masalah status, tetapi hati dan tujuan. Juga kesiapan. Walau aku tahu, menurut sebuah kutipan "Don't wait until you're ready, if so you will wait for the rest of your life." Iya, aku tahu, tapi ini berbeda... atau persepsiku yang menjadikannya berbeda?

Aku capek. Aku capek, sampai rasanya bosan mengatakan ini berkali-kali.
I'm way too well-designed to be alone.


January 1, 2013

Selamat tahun baru.

Keira masih sibuk dengan sketsa-sketsa yang kini berhamburan, tumpah ruah di ranjangnya. Ya, liburan kali ini memang ia habiskan untuk melanjutkan proyek clothing line-nya yang sempat tertunda oleh tugas dan ujian yang menumpuk. Lamat-lamat, terdengar rintik air. Rembang petang. Hujan..., batin Keira, sambil menatap keluar jendela kamarnya. Iapun beranjak dari ranjang, dan membuka knop jendelanya. Seketika, ia bisa mencium tanah basah dan merasakan sejuknya angin yang berhembus, memainkan rambut hitam panjangnya. Hujan memang selalu bisa membangkitkan mood. 
“Ternyata udah lama juga ya nggambar-nggambarnya.” Keira menghela nafas, menyusun kertas-kertas yang berserakan, dijadikan satu dalam sebuah binder besar. Desain memang hobinya sejak kecil, satu kegiatan yang paling suka Keira lakukan selain fotografi. Dulu sekali, teman-temannya iseng mengintip sketchbook-nya yang kebanyakan berisi sketsa dress dan outfit-nya sehari-hari dibanding tugas menggambar bidang Bu Endang, lalu mereka jadi sering rikues, minta didesainkan. Kerap pula Keira turun tangan dalam mendesain dress untuk prom night kakak dan sepupunya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membuat clothing line sendiri.
Hujan turun semakin deras. Sering kali idenya muncul disela-sela hembus angin dan rintik hujan begini, apalagi bila ditemani segelas hot chocolate. Tapi, Keira sudah mendesain seharian, dan kini tangannya sudah pegal, belepotan tinta copic dan lem disana-sini. Dan pengecualian, hujan kali ini membawa sendu dalam rintiknya. Jadi, ia memutuskan untuk membuka laptop, sedikit blogwalking dan twitter mungkin akan membantu. Dan juga Yahoo! Messenger.

Kalimat What’s happening? menyapanya.
Raining outside. A cup of hot chocolate may helps. Happy New Year Eve, peeps! 

Yahoo! Messenger yang sedari tadi ia abaikan tiba-tiba berbunyi. Muncul sebuah kotak chat, dan sebaris kalimat itu ada disana.

Yes its now happening. Just hoping, don’t rain inside.
Keira terpaku. Alessandro Daniswara---is typing.. 
New Year Eve kemana aja? Got stuck in da princess palace, no?
Sedikit meringis, Keira menuliskan balasannya.
Yes, but no, not in that place. Just staying at the flat.
Alessandro Daniswara---is now offline.

Ada sedikit kecewa yang menyelinap ketika Keira lihat Al offline. Alessandro Daniswara, ketua OSIS sekaligus bintang lapangan bola, lelaki yang sama ini bisa membuat seluruh siswi National High menengok tanpa berkedip, dengan tanpa usaha sedikitpun. Al memang sering terlihat tak acuh, cuek dan angkuh. Sedikit dari mereka yang tahu, kalau Al aslinya iseng dan kadang menjengkelkan.

Laptopnya kembali berbunyi, minta diperhatikan. Satu email masuk.

Alessandro Daniswara
Subject: (no title)
Bintang di malam hujan tetap cantik, lho. Would you?

Modus.., batin Keira. Ia menatap nanar keluar jendela. Langit benar-benar gelap sekarang, satu-persatu bintang mulai muncul, namun hujan masih turun tanpa ampun.
Bintang. Tempat melihat bintang... Rooftop kah? 
Walaupun belum begitu mengerti apa maksud dari email Al, Keira refleks menutup laptopnya dan cepat-cepat menyambar sweater, mengambil kunci, lalu menuju rooftop di gedung flat-nya. Sesampainya disana, sudah banyak orang yang mempersiapkan alat barbeque, terompet, dan berbagai macam kembang api. Mereka tetap bersikeras rupanya, walau nyaris tanpa tanda kapan hujan akan berhenti. Keira baru saja memutuskan untuk kembali ke kamar ketika ia berbalik dan mendapati sosok itu berjalan ke arahnya.
Al, dan secangkir hot chocolate di tangannya. Ditujukan hanya pada Keira.
“Ini, untuk kamu.”
Keira terbelalak memandang Al, masih tak percaya.
 “Gagal bukan alasan untuk lari, Kei. Semester depan masih bisa kamu perbaiki. Jangan terlalu terpuruklah, enjoy this moment. Now or never. We’re young, me also you.
Rasa yang Keira bendung akhir-akhir ini, meluap tanpa bisa dibendung lagi. Tangisnya pecah.
“Aku.. gagal, Al, gagal.. Nggak semudah itu.. Mama disana pasti kecewa.”
Al menatapnya, mengerti. “Tante pasti ngerti, dan beliau pasti bangga sama kamu. Jangan nangis lagi ya, nanti Tante disana ikut sedih...” tiba-tiba Al merasa sedikit melankolis, namun cepat-cepat ia tepis, kerling jenakanya muncul kembali. “Jadi begini toh, juara umum National High bisa nangis juga ya.”
Keira, yang matanya masih berkaca-kaca langsung menatapnya, sebal.
“Jadi, diterima nggak hot chocolate-nya?”
“Iya, iya.”
“Nggak sia-sia aku datang kesini. Kamu lebih cantik kalau tersenyum.” Ujar Al, mengacak rambut Keira, tertawa.
Bersamaan dengan itu, hujan perlahan-lahan berhenti. Suara terompet mulai terdengar disana-sini, semua orang di sekitar mereka kompak menghitung mundur detik-detik pergantian tahun...

Selamat tahun baru. Hirup sebanyak-banyaknya harapan, tekad, perjuangan, dan buang segala ketakutan. Yang lama biarlah, tinggalkan hidup di belakang. Serta bila mungkin, mulailah... Kisah yang baru.